“TEEEEEEEEEETT!! TEEETTTT!!!!!” Bell tanda
masuk kelaspun berbunyi.
Anak-anak dikantin langsung buyar dan
memasuki kelasnya masing-masing. Kakak kelas yang sedari tadi memandangiku pun
langsung bergegas pulang ke kelasnya.
Tiba-tiba terdengar
suara pemberitahuan dari pengeras suara yang berasal dari kantor.
“PENGUMUMAN
Diberitahukan Kepada Seluruh Siswa Bahwa Hari Ini Siswa Pulang Lebih Awal,
Dikarenakan Ada Rapat Dewan Guru Siang Ini” terdengar suara berat seorang laki-laki
dari pengeras suara itu.
Itu artinya hari ini
kami pulang lebih awal dari biasanya, Cecilia tampak kegirangan karena pulang
lebih awal. Semua siswa bersorak-sorai
kegirangan seperti halnya Cecilia, tapi menurutku biasa saja, bahkan kecewa.
Karena dari rumah aku sudah bertekad untuk membuktikan bahwa akupun bisa
seperti halnya siswa-siswa yang bersekolah di sekolah top itu. Dengan adanya rapat
dewan guru sudah membuat rencanaku sedikit kacau hari ini, aku sedih. Aku tidak
menerima ilmu selain ilmu dari Pak Charles hari ini.
Anak-anak mengemasi tas
nya dan bergegas untuk meninggalkan ruangan kelas.
Semuanya tampak senang,
kecuali aku. Aku bahkan tidak bergairah untuk memasukkan buku yang masih
tercecer di mejaku.
“Hey, kamu ini kenapa?
Ayo pulang!” Kata Cecilia sambil menepuk
pundakku.
Aku hanya
menyunggingkan bibir saja.
“Cecilia,sebentar!” Aku
memanggil Cecilia saat dia akan keluar dari pintu kelas.
“Iya? Ada apa?”
tanyanya
“Kamu pulang kerumah
naik apa?” tanyaku.
“Aku naik sepeda, kalau
kamu?” tanya gadis kecil itu.
“Aku diantar jemput
orang tuaku, tapi aku bingung bagaimana akubisa pulang kerumah sedangkan mereka
bahkan tidak tahu kalau hari ini aku pulan lebih awal, aku tidak memiliki
telepon seluler untuk memberitahu mereka.” jawabku
“Apa rumah kamu
melewati jalan ke arah pasar? Kalau iya, kamu bisa pulang bersamaku tapi kamu
yang mengayuh sepedanya ya? aku yang membonceng. Hehe, kan badanmu lebih besar
dariku, nanti sepedaku bisa terbalik seandainya aku yang mengayuh” katanya.
“Oh, iya benar, jalan
menuju rumahku melewati pasar. Baiklah aku yang didepan dan kamu kubonceng.”
Aku menimpali.
Untunglah, Cecilia
membawa sepeda kayuhnya, paling tidak aku bisa lebih cepat sampai kerumahku ya
walaupun nanti Aku berhenti di jalan pertigaan setelah pasar. Tidak apalah.
“Ayo kita pulang!” Seru
Cecilia.
Aku mengikutinya keluar
dari ruangan kelas menuju ke parkiran sepeda.
Aku mengikutinya dari
belakang kami menuju ke arah sepeda warna hitam miliknya. Dibagian belakang
sepedanya ada papan besi untuk duduk. Aku mengambil alih posisinya untuk berada
didepan dan Cecilia siap-siap memboncengku. Kami keluar gerbang sekolah dan
akupun mengayuh sepedanya.
“Cecilia berat juga”
pikirku.
Dia bersiul-siul selama
perjalanan. Dia memang sosok periang dan cerewet dari awal bertemu dengannya.
Aku diam saja selama
perjalanan sampai tujuan kami.
Sampailah kami
dipertigaan depan pasar. Aku turun dari sepeda dan berterima kasih pada
Cecilia.
Aku harus berjalan selama 20 menit
lagi untuk benar-benar sampai kerumah.
.............
Keesokan harinya, pelajaran
berlangsung sesuai jadwal, dan aku mengikuti pelajaran di jam pertama dengan
baik. Aku masih memerhatikan jendela samping kelas, sebentar lagi jam
istirahat. Sebentar lagi pasti kakak kelas itu menuju kesamping kelasku, berdiri
di pojokkan dan memandangiku.
“Hayoo! kok melamun?” teriak Cecilia.
Sontak saja pikiranku langsung buyar.
“Ehh, hehe tidak apa-apa kok!”
balasku
Sedikit malu rasanya bahwa Cecilia
mengetahui aku sedang melamun. Apalagi jika dia tau apa yang ada dilamunanku
itu. Pasti aku akan semakin diejeknya.
“Aku sudah tau siapa yang kamu
pikirkan!! Pasti si tampan bergigi maju itu kan!! HAHA” ucap Cecilia dengan
nada mengejek.
Benar saja pasti Cecilia akan
mengetahuinya.
“Enak saja kamu!” balasku sedikit
ketus.
Entah mengapa aku merasa sangat malu
sampai-sampai wajahku memerah, merah sekali sampai hampir menghitam. Aku malu
sekali.
“Wahhh, lihat saja! Mukamu memerah.
Merah sekaliiiii. Kamu pasti ada perasaan terhadap si tampan bergigi maju itu,
ngaku saja!” ucap Cecilia sambil memandangi wajahku.
“Aku perhatikan sedari tadi kamu
melamun dan pandanganmu tertuju pada jendela itu!” sambungnya sambil
menunjukkan jari kearah jendela dimana biasanya kakak kelas itu berdiri dan
memandangi kelas kami. Lebih tepatnya memandangiku.
“Hey! Ashley, Cecilia! Kalian sedang
membahas apa? Saya disini sedang mengajar!”
Kami berdua kaget.
Tiba-tiba terdengar suara Pak Charles
menegur kami.
Semua mata tertuju pada
kami.
“M..maafkan Kami pak!” jawab Cecilia
dengan suara yang sedikit bergetar, karena takut dan kaget.
“TEEEEEET!!! TEEEETT!!!” suara bell
tanda istirahat berbunyi.
Akhirnya bisa sedikit lega dari
cecaran marah Pak Charles.
“Jangan diulangi lagi, ya!” jawab Pak
Charles setelah bell tanda istirahat berbunyi.
Laki-laki bertubuh gempal dan
bersuara kecil itupun pergi meninggalkan ruangan kelas.
Kemudian disusul oleh anak-anak yang
akan menuju ke kantin.
“Aku ingin ke toilet, apa kamu mau
ikut?” tanyaku pada Cecilia.
“Ayo! Aku juga sedari tadi menahan
pipis, aku kaget dan takut sekali. Pak Charles bisa juga ya bersuara keras.
Hihi” Cecilia menimpali dan mengomentari suara Pak Charles.
“Husst! Yang sopan kamu! Nanti aku
laporkan Pak Charles kalau kamu mengomentari suaranya” jawabku memihak Pak
Charles.
“Haha, yasudah biarkan saja, lapor
saja kalau berani” Cecilia menimpali dengan centil.
“Yaudah ayo! Sambil jalan ke toilet!”
Kami berdua berjalan bersebelahan
menuju toilet yang ada disekolah kami.
Lumayan jauh dari kelas kami, karena
kami harus melewati perpustakaan sekolah dan 5 kelas lagi, barulah kami sampai
ke toilet.
Toilet disekolah kami memiliki total
5 buah WC tetapi hanya 3 yang masih berfungsi dengan baik. Fasilitas ditoilet
ini adalah pintu yang bolong-bolong, kunci pintu yang sudah rusak dan eternit
yang rusak juga.
Ini merupakan kali pertamaku dan
Cecilia mengunjungi toilet yang ada disekolah kami.
Sekolah ini terlihat sangat tua dan
memang sudah berumur sangat tua.
Begitupula toiletnya. Jadi, tidak
heran jika bentuk toiletnya pun terkesan rusak dan sangat seadanya sekali.
Dan tampaknya pihak sekolahpun tidak
memiliki keinginan untuk “memperbarui” toilet disekolah ini.
Aku masuk ke toilet
terlebih dahulu, dan memandangi sekeliling. Atas bawah samping kanan dan kiri
aku perhatikan semua. Benar memang toilet ini sudah rusak tetapi aliran airnya
masih terbilang cukup baik dan lancar.
“Cecilia! Tolong bantu aku pegangi
pintunya” pintaku kepada Cecilia karena kunci pintunya sudah tidak bisa
digunakan sama sekali.
Untunglah tadi aku mengajak Cecilia
untuk pergi ke toilet bersama.
Cecilia berjalan menghampiri toiletku
dan menuruti perintahku untuk memegang gagang pintunya dan menahannya.
Akupun melakukan hal yang sama
kepadanya.
Setelah puas membuang air kecil, kami
lalu bergegas keluar toilet.
“Brukk!!!!”
Aku menabrak seseorang karena tidak
meilhat kanan kiri sewaktu akan keluar dari pintu toilet.
“Aduhh! Maaf maaf kak aku tidak
sengaja” aku tidak melihat mukanya karena malu dan meminta maaf karena tidak
sengaja.
“Hehe tidak apa-apa” balasnya.
Akupun memberanikan diri menatap
orang tersebut.
Ternyata yang aku tabrak adalah si
tampan bergigi maju yang sering berdiri dibalik jendela kelasku.
“HAHA..hayoo!!” Cecilia mulai
meledekku, karena aku menabrak orang itu.
Akupun semakin malu dan tanpa sadar
wajahku mulai memerah.
Aku langsung meninggalkan kakak kelas
itu dan Cecilia pun turut aku tinggal.
“Hey, tunggu aku!!” teriak Cecilia.
Akupun menengok kebelakang dan aku
baru menyadari bahwa Cecilia pun aku tinggal di toilet tadi.
Akupun memperlambat jalanku, sambil
memberi kode kepada Cecilia untuk cepat mendekat padaku.
“Ihh kamu ini kenapa sih, kok aku
ditinggal begitu aja!” ketusnya.
“Maaf Cecilia, aku
malu, kamu lihat, kan? Siapa yang baru saja aku tabrak didepan toilet?” tanyaku
padanya.
Comments