(lanjutan Part 2)
....
Aku tidak pernah menyangka bahwa aku akan mengalami
kegagalan dalam hidup, memang itu merupakan hukum alam. Bahwa hidup seperti
roda yang berputar, kadang diatas dan kadang dibawah. Saat kita merasakan
kesedihan dalam hidup ataupun mengalami kegagalan bagi kebayakan orang
menyebutkan bahwa kita sedang ada “di bawah” dan dulu aku selalu berpikir
demikian, persis seperti apa yang dikatakan oleh kebanyakan orang. Aku tidak
tahu hal itu adalah benar atau salah, yang
jelas aku hanya mengikuti lingkungan dan orang-orang disekitarku, aku
hanya ikut-ikut saja! Dan pada saat kita merasakan bahagia aku juga
mendengarkan apa kata orang, yaitu kita sedang berada “diatas”, dan lagi aku
hanya ikut-ikutan saja. Aku masih terlalu kosong untuk mengetahui banyak hal
kala itu, maka aku hanya ikut-ikut saja, aku tidak pernah berpikir untuk
mencari kebenaran tentang hal itu. Aku masih bodoh! aku hanyalah tukang
ikut-ikut!
“Aku takut tidak punya teman.”
Aku selalu dijauhi dan aku sedih, makanya aku
“ikut-ikut” saja apa yang teman-temanku lakukan, aku sangat bodoh! Aku tidak berpikir
bahwa bisa jadi yang dilakukan oleh temanku itu sangatlah berbahaya bagi aku,
kesehatanku, hidupku! (Dan lagi, Aku sangat bodoh! aku baru menyadar hal itu)
Aku bodoh sekali. Sangat bodoh!Hanya karena aku ingin memiliki teman dan takut
kalau sampai aku tidak punya teman, aku rela membahayakan diriku sendiri,
sungguh bodoh! Tak terpelajar. Memang benar aku sangat bodoh! Aku tidak percaya
diri, dan aku sangat pasrah terhadap keadaan, aku tidak mau berusaha bahkan
demi menyelamatkan diriku sendiri aku tidak mau berusaha. Aku tidak tahuapa-apa
tentang kehidupan, aku hanya terima beres. Betapa bobroknya aku dan hidupku
kala itu. Setiap tahun berganti aku tidak membuat resolusi untuk menjadi
pribadi yang lebih baik, but I remain the same as years before and I (again) know that I am stupid. Setiap ada
perayaan malam tahun baru aku hanya menghabiskannya dengan bersenang-senang
keluar rumah, tanpa membuat banyak perubahan yang baik untuk 365 hari kedepan.
Begitu bodohnya! Aku tidak punya waktu untuk merenung, mengoreksi diri sendiri,
bahkan hal yang seperti itu tidak pernah terpikirkan olehku. Aku dan
pemikiranku tampak seperti bayi yang tidak tahu apa-apa dan sangat gampang
dibodohi dan akhirnya aku memang bodoh! aku tidak mampu berbuat banyak untuk
merubahhidupku, aku hanya membiarkan semuanya terjadi padaku dan hidupku,
setiap detik, menit, jam, hari, bulan, tahun berlalu hanya “diam” aku tidak
tergerak hatinya untuk bangkit dan “berlari”. Aku bodoh!
Aku banyak menghabiskan uang untuk hal-hal yang
tidak penting bagiku, hanya demi reputasi dan “dipandang” orang. Aku mulai
merasakan bahwa ada yang tidak beres jika aku terus-menerus hidup dengan pola
pikir yang seperti ini. Tapi aku tidak
menemukan apapun untuk berkeluh kesah, aku hanya sebatang kara, aku hanya sendiri.
Aku hanya bisa menulis dan membaca, hanya itulah kemampuan berharga yang aku
punyai kala itu. lalu aku mulai meggunakan 0,00001% otak-ku untuk berpikir,
bahwa aku bisa saja mencurahkan semua yang aku rasa pada sebuah tulisan. Toh,
aku bisa baca tulis. Kebanyakan orang jaman dahulu bahkan tidak bisa
baca-tulis itulah mengapa kebobrokan terjadi dimana-mana karena kita tidak memiliki ilmu dasar yang sangat berharga itu! Jangankan,
membaca situasi, baca tulis saja tidak bisa. Begitulah kenyataannya, dan banyak
ditemukan orang-orang seperti itu disekitarku dan sampai saat ini masih hidup.
Paling tidak aku masih bisa hal yang aku banggakan terhadap diriku sendiri.
DULU AKU TERJAJAH dan aku harap saat ini jangan
sampai untuk kedua kalinya aku terjajah untuk hal ataupun alasan yang sangat
bodoh da tidak masuk akal itu. Aku akan sangat malu, aku beruntung juga bahwa
pada akhrinya aku tersadar dari kebodohan-kebodohan yang aku perbuat sendiri.
aku tidak banya k menggunaka otakku untuk berpikir itu saja point nya. Lalu aku
mulai suka berpetualang sendiri, aku pendiam maka tempat yang paling aku sukai
adalah tempat yang sepi dan bisa membuatku berpikir banyak hal. Paling tidak
sudah ada kemajuan pada pola pikirku saat itu, walaupun belum seluruhnya. Aku
menemukan Perpustakaan, aku menemukan tempat favoritku. Aku punya teman baru
saat itu, tapi aku tidak pernah bertemu lagi setelahnya. Aku merindukan dia.
Aku tidak tahu kemana perginya dia.
Aku mengalami banyak hal
yang berkesan untuk kujadikan pengalaman hidupku nantinya, aku dihadapkan oleh
banyak sekali situasi baik yang menguntungkan ataupun yang tidak menguntungkan
bagiku. Lalu aku merasakan sangat lelah, aku ingin istirahat, berharap esok
pagi bangun dengan dunia yang lebih baik lagi, walaupun sejatinya aku tidak
tahu bahwa aku akan menemui hari esok atau tidak, yang jelas aku kali ini sudah
berdoa aku sudah tahu bagaimana cara menghargai sebuah kehidupan. Aku lalu
membenci banyak orang setelah itu, aku ingat aku pernah secara mentah-mentah
ditolak untuk berada disuatu perkumpulan tertentu. Lagi-lagi aku hanya
mengatakan “Ya sudahlah.” aku memang tidak berbicara pada banyak orang, dan itu
merupakan kalimat yang keertama kalinya terlontar dari mulutku. Bravo! aku bisa
bicara.2...
Aku sudah bisa bicara sekarang, sudah bisa baca
tulis dan sudah memiliki otak. Hari ini aku pindah dari daerahku yang dulu akan
mencoba untuk buka mulut dan menyapa orang-orang baru ditempat yang baru juga,
jaraknya lumayan jauh 667 miles, bukanlah jarak yang dekat dan aku pikir akan
sangat baik bagiku jika dalam kesempatan kali ini aku akan memperbarui “Aku”.
“Haloo! nama kamu siapa?” sapaku kepada seorang
perempuan dan ia adalah teman baru disekolahku yang baru juga tentunya.
“Hai, aku Nana. Kamu siapa?” perempuan bertubuh sedikit gemuk dan berambut
ikal itupun menjawab hangat sapaanku dengan riang dan dia menyunggingkan
senyumnya untukku, dia terlihat sangat ramah dan baik. Kelihatannya. Aku hanya
berpikir seandainya perempuan itu tahu bahwa itu merupakan kali pertamaku
menyapa seorang manusia dan dia menanggapinya dengan sangat baik.
“Terima kasih, Nana. Kamu manusia pertama yang
membuat aku merasa hidup kembali” bisikku dalam hati. Sampai kapanpun aku tidak
akan melupakan kejadian ini.
“Apakah kamu siswa baru disekolah ini?” imbuhku,
“Ya benar, apakah kamu juga sama denganku?”
perempuan itu menimpali
“Iya, aku juga baru disekolah ini”
Tak lama kemudian, terdengar suara dari pengeras
suara disudut sekolah, suaranya terdengar begitu menggelegar seperti suara
laki-laki paruh baya suaranya berat dan tidak begitu menakutkan.
“Anak-anak siswa baru harap berkumpul di lapangan
basket, karena pembagian kelas akan segera dilaksanakan. Semua siswa yang
dipanggil segera menyusun sebuah barisan tiap kelas. Kelas akan di bacakan urut
dari kelas A sampai H” suara laki-laki itu sangat tegas dan berat, para siswa
baru termasuk aku segera bergegas untuk turun ke lapangan basket untuk
mendengarkan nama-nama yang dipanggil.
“Kelas A, bagi yang merasa namanya disebut harap
segera berbaris setelahnya ikuti masing-masing wali kelas untuk memasuki
ruangan kelas kalian” Lanjut laki-laki paruh baya itu.
Dan nama-nama siswa baru itu dipanggil termasuk Nana
dan segera membentuk barisan, disana terlihat ada seorang perempuan yang
kelihatannya belum begitu tua telah menunggu didepan barisan, pasti itu adalah
walikelas-nya. Benar saja setelah semua siswa membentuk barisan perempuan itu lalu
menggiring siswa-siswa tadi memasuki ruangan kelas. Ruangan kelas siswa-siswa
baru terletak dibagian paling belakang gedung, terlihat ada kantin disana. Aku
bisa lebih gampang menjangkau kantin jika aku lapar saat waktu pelajaran
berlangsung. Aku bisa minta ijin untuk keluar kelas sebentar, pikirku.
“Kelas C... Ariel, Elen...” panggil laki-laki paruh
baya itu.
Namaku dipanggil setelahnya, akupun lalu menuju ke
barisan yang telah setengah terbentuk di tengah lapangan basket itu. Dan aku
merasa banyak sekali yang melihatku saat aku memasuki lapangan dan masuk ke
barisan kelas C itu, aku merasa asing dan sangat malu dilihat banyak sekali
manusia pada saat seperti itu. Mungkin juga ada kakak kelas, tidak hanya siswa
baru terlihat banyak sekali manusia yang melihat barisan di lapangan basket itu
disetiap sudut ada saja gerombolan-gerombolan yang menonton barisan dilapangan itu. Mereka
terlihat seperti sedang menonton pertunjukkan. Ada yang sengaja berteriak-teriak
memanggil nama siswi baru yang baru saja dipanggil, terlebih jika siswi baru
tersebut terlihat cantik. Pasti akan ada gerombolan kakak kelas yang
memanggil-manggil namanya. Sepertinya ajang eksistensi siswa baru mulai akan
diuji setelah ini.
“aku akan terbiasa dengan keadaan macam ini” bisikku
dalam hati.
Hanya itulah yang bisa aku perhatikan selama
dilapangan, Kelasku dipandu oleh seorang laki-laki bertubuh besar dan berkumis,
tapi suaranya kecil. Setiap kali laki-laki itu mengeluarkan suara ingin rasanya
aku tertawa. Kami memasuki ruangan kelas dengan tertib, aku duduk urutan bangku
ketiga dari kiri dan baris ketiga pula.
“Hai..” sapa gadis kecil yang duduk disebelahku, ya orang-orang
biasa menyebut teman sebangku.
“Halo”
“Siapa namamu?” lanjutnya, dia terlihat sangat
cerewet tapi tidak apa-apa. karena disinilah aku belajar membiasakan diri untuk
bertemu dengan bnyak orang, termasuk gadis kecil cerewet ini yang sekarang
menjadi “teman sebangku”-ku.
“Aku Ashley” jawabku singkat.
“Oh aku Cecilia , rumah kamu dimana?” gadis kecil
cerewet ini menjabat tanganku dan terus mencecarku dengan berbagai macam
pertanyaan yang tidak pernah habis. Betul memang, dia cerewet.
”Rumahku sangat jauh
dari sekolah ini, aku baru saja pindah ke Florida asalku dari North Carolina”
gadis kecil cerewet ini sukses membuatku berbicara sedikit lebih banyak
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tapi aku tidak tahu pakah aku akan
berterimakasih kepada gadis kecil cerewet ini seperti halnya aku berterimakasih
untuk pertama kalinya pada Nana. Atau bahkan mungkin karena kecerewetan gadis
kecil ini akan membuatku irritated dan aku memilih untuk bungkam saja. Tidak
tahu, kita tunggu saja akan seperti apa gadis ini dan aku nantinya.
Comments